RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (NO: 2)
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Karanganyar Kelas/ Semester : VII/ ( Genap ) Mata Pelajaran : Bahasa Daerah ( Jawa ) Materi Pokok : Teks Serat Wulangreh |
Sub Materi : Teks Serat Wulangreh Pupuh Sinom Alokasi Waktu : 8 x 40 (4
pertemuan) * Minggu ke 4 Januari * Minggu ke 1 Februari * Minggu ke 2
Februari * Minggu ke 3 Februari |
A. KOMPETENSI
DASAR
3.2. Memahami teks
Serat Piwulang Wulangreh pupuh Sinom
4.2. Menanggapi isi teks
Piwulang Serat Wulangreh
Pupuh Sinom
kejadian
B. TUJUAN
PEMBELAJARAN
Pertemuan
Pertama:
1.
Mengidentifikasi Serat Wulangreh
2.
Mengidentifikasi Tembang macapat Sinom
3.
Mengartikan kata-kata yang dianggap sulit yang terdapat dalam teks piwulang Serat Wulangreh Pupuh Sinom
4.
Mengidentifikasi kosa
kata yang terdapat didalam teks (tembung tanduk, tembung tanggap, tembung
garba, tembung tanggap na dan tembung saroja)
Pertemuan Kedua:
1.
Memparafrase teks Piwulang serat Wulangreh Pupuh Sinom
2.
Mengajukan dan menjawab pertanyaan tentang isi teks Piwulang serat Wulangreh Pupuh Snom
Pertemuan Ketiga:
1.
Menulis pokok-pokok isi
teks Piwulang Serat Wulangreh Pupuh Sinom
2.
Menyampaikan pokok-pokok
isi teks Piwulang Serat Wulangreh Pupuh Sinom
Pertemuan Keempat:
1.
Menanggapi isi teks
Piwulang Serat Wulangreh Pupuh Sinom
dengan memberi simpulan
tentang nilai-nilai luhur, pesan moral dan amanat yang terkandung didalamnya
C. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan
Pertama
KEGIATAN |
RINCIAN
KEGIATAN |
ü Pendahuluan (10 menit) |
Ø
Menyapa
peserta didik dengan salam, berdoa dan cek kehadiran siswa Ø
Apersepsi: Untuk mengarahkan ke materi pembelajaran,
peserta didik diperlihatkan tayangan tentang tembang macapat. Ø
Menyampaikan
tujuan pembelajaran. Ø
Menyampaikan alur/ langkah-langkah PJJ (Penyampaian
materi, Pengerjakan LK, Teknik Pengumpulan Tugas dan Penilaian Harian) |
ü Kegiatan Inti (60 menit) |
Ø
Memberikan
tayangan power point tentang identifikasi, Kosa kata dan materi teks Serat
Wulangreh Pupuh Sinom, Ø
Mengadakan
tanya jawab tentang materi Ø
Memberi
LK (memantau peserta didik didalam mengerjakan LK serta memantau tentang
keaktifan bertanya dan menanggapi lewat aplikasi WA) Ø
Mengumpulkan
hasil tugas LK |
ü Penutup (10
menit) |
Ø
Membantu
membuat simpulan tentang materi yang telah diberikan Ø
Memberi
refleksi (bertanya jawab tentang respond dari peserta didik) Ø
Mengingatkan
siswa tentang teknik pengumpulan tugas Ø
Informasi
kegiatan yang akan datang Ø
Penguatan
yang berhubungan dengan sikap |
Pertemuan
Kedua
KEGIATAN |
RINCIAN
KEGIATAN |
ü Pendahuluan (10 menit) |
Ø
Menyapa
peserta didik dengan salam, berdoa dan cek kehadiran siswa Ø
Apersepsi: Untuk mengarahkan ke materi pembelajaran,
peserta didik disuruh menyebutkan kata-kata sulit yang digunakan sebagai tugas minggu
sebelumnya, . Ø
Menyampaikan
tujuan pembelajaran. Ø
Menyampaikan alur/ langkah-langkah PJJ (Penyampaian
materi, Pengerjakan LK, Teknik Pengumpulan Tugas dan Penilaian Harian) |
ü Kegiatan Inti (60 menit) |
Ø
Memberikan
tayangan power point tentang uraian cara memparafrase teks tembang Ø
Mengadakan
tanya jawab tentang materi Ø
Memberi
LK (memantau peserta didik didalam mengerjakan LK serta memantau tentang
keaktifan bertanya dan menanggapi lewat aplikasi WA) Ø
Mengumpulkan
hasil tugas LK |
ü Penutup (10
menit) |
Ø
Membantu
membuat simpulan tentang materi yang telah diberikan Ø
Memberi
refleksi (bertanya jawab tentang respond dari peserta didik) Ø
Mengingatkan
siswa tentang teknik pengumpulan tugas Ø
Informasi
kegiatan yang akan datang Ø
Penguatan
yang berhubungan dengan sikap |
Pertemuan
Ketiga
KEGIATAN |
RINCIAN
KEGIATAN |
ü Pendahuluan (10 menit) |
Ø
Menyapa
peserta didik dengan salam, berdoa dan cek kehadiran siswa Ø
Apersepsi: Untuk mengarahkan ke materi pembelajaran,
peserta didik disuruh menjelaskan cara memparafrase tembang, . Ø
Menyampaikan
tujuan pembelajaran. Ø
Menyampaikan alur/ langkah-langkah PJJ (Penyampaian
materi, Pengerjakan LK, Teknik Pengumpulan Tugas dan Penilaian Harian) |
ü Kegiatan Inti (60 menit) |
Ø
Memberikan
tayangan power point tentang materi teks Serat Wulangreh Pupuh Sinom dan cara
mendiskripsikan isi pokok teks Ø
Mengadakan
tanya jawab tentang materi Ø
Memberi
LK (memantau peserta didik didalam mengerjakan LK serta memantau tentang
keaktifan bertanya dan menanggapi lewat aplikasi WA) Ø
Mengumpulkan
hasil tugas LK |
ü Penutup (10
menit) |
Ø
Membantu
membuat simpulan tentang materi yang telah diberikan Ø
Memberi
refleksi (bertanya jawab tentang respond dari peserta didik) Ø
Mengingatkan
siswa tentang teknik pengumpulan tugas Ø
Informasi
kegiatan yang akan datang Ø
Penguatan
yang berhubungan dengan sikap |
Pertemuan
Keempat
KEGIATAN |
RINCIAN
KEGIATAN |
ü Pendahuluan (10 menit) |
Ø
Menyapa
peserta didik dengan salam, berdoa dan cek kehadiran siswa Ø
Apersepsi: Untuk mengarahkan ke materi pembelajaran,
peserta didik disuruh menjelaskan cara menulis/merangkun isi pokok tes, . Ø
Menyampaikan
tujuan pembelajaran. Ø
Menyampaikan alur/ langkah-langkah PJJ (Penyampaian
materi, Pengerjakan LK, Teknik Pengumpulan Tugas dan Penilaian Harian) |
ü Kegiatan Inti (60 menit) |
Ø
Memberikan
tayangan power point tentang teks Serat Wulangreh Pupuh Sinom dan cara
memberi tanggapan terhadap teks tembang Ø
Mengadakan
tanya jawab tentang materi Ø
Memberi
LK (memantau peserta didik didalam mengerjakan LK serta memantau tentang
keaktifan bertanya dan menanggapi lewat aplikasi WA) Ø
Mengumpulkan
hasil tugas LK |
ü Penutup (10
menit) |
Ø
Membantu
membuat simpulan tentang materi yang telah diberikan Ø
Memberi
refleksi (bertanya jawab tentang respond dari peserta didik) Ø
Mengingatkan
siswa tentang teknik pengumpulan tugas Ø
Informasi
kegiatan yang akan datang Ø
Penguatan
yang berhubungan dengan sikap |
D. PENILAIAN
1.
Penilaian Sikap : Keaktifan siswa dalam bertanya dan menanggapi
kegiatan
pembelajaran lewat grop Wa dan
kesantunan bahasa yang digunakan
2.
Penilaian Pengetahuan : Perangkat
soal yang dikirim dengan aplikasi google
form
3.
Penilaian
Keterampilan : Hasil
mengerjakan LK
.
Karanganyar, Juli 2020
Mengetahui
Kepala SMP N 2
Karanganyar Guru
Bahasa Jawa
Sumarni, S.Pd., M.Pd. Dra. Sulistyowati
NIP. 19601006
198112 2 003
NIP.
19670408 200701 2 016
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A.
Lampiran 1
Pertemuan Pertama:
- PAUGERAN TEMBANG MACAPAT SINOM
Tembang macapat iku duwe
paugeran 3 werna yaiku:
1. Guru gatra: cacahe gatra/ larik saben
sapada
2. Guru wilangan: cacahe wanda saben
sagatra/ salarik
3. Guru
lagu/ dhong dhing: tibane swara ing pungkasane gatra/ larik
Guru Gatra |
Guru Wilangan |
Guru Lagu |
Sasmita Tembang |
Watak Tembang |
1 |
8 |
a
(legena) |
Sinom, anom, ron kamal, anjani putra, Isp |
Prasaja, kalem, sisah ingkang limprah |
2 |
8 |
i
(wulu) |
||
3 |
8 |
a
(legena) |
||
4 |
8 |
i
(wulu) |
||
5 |
7 |
i
(wulu) |
||
6 |
8 |
u
(suku) |
||
7 |
7 |
a
(legena) |
||
8 |
8 |
i
(wulu) |
||
9 |
12 |
a
(legena) |
2.
Teks Serat Wulangreh Pupuh Sinom (pupuh
kaping 12)
01
Ambeke
kang wus utama, tan ngendhak gunaning jalmi, amiguna ing aguna, sasolahe kudu
bathi, pintere den alingi, bodhone didokok ngayun, pamrihe den inaa, mring
padha padhaning jalmi, suka bungah den ina sapadha-padha.
Perilaku
orang yang telah mencapai tataran sempurna tidak akan membatasi atau mencela
kepandaian orang lain, kepandaiannya disembunyikan sedangkan kebodohannya
ditampilkan agar dihina, jangan sampai ada yang menyebutnya pandai, ia merasa
bahagia jika ada yang menghinanya
02
Ingsun
uga tan mangkana, balilu kang sun alingi, kabisan sun dokok ngarsa, isin menek
den arani, balilune angluwihi, nanging tenanipun cubluk, suprandene jroning
tyas, lumaku ingaran wasis, tanpa ngrasa prandene sugih carita.
Aku
pun tidak begitu, kebodohankulah yang aku tutupi dan kepandaianku yang aku
kedepankan karena malu jika disebut bodoh oleh orang lain, padahal aku bodoh
namun ingin disebut pandai sehingga tanpa sadar (aku) banyak bercerita bohong
03
Tur
ta duk masihe bocah, akeh temen kang nuturi, lakune wong kuna-kuna, lelabetan
kang abecik, miwah carita ugi, kang kajaba saking embuk, iku kang aran kojah,
suprandene ingsun iki, teka nora nana undaking kabisan.
Padahal
ketika aku masih kecil banyak yang bercerita tentang perilaku orang jaman dulu
mengenai pengabdian yang baik serta cerita, termasuk cerita yang tidak benar
adanya yang disebut dongeng, meskipun demikian, kepandaianku tidaklah bertambah
04
Carita
nggonsun nenular, wong tuwa kang momong dingin, akeh kang padha cerita, sun
rungokna rina wengi, samengko isih eling, sawise diwasa ingsun, bapa kang
paring wulang, miwah ibu mituturi, tatakrama ing pratingkah karaharjan.
Adapu
cerita yang kuberikan ini kuturunkandari orang tua yang mengasuhku dulu, banyak
cerita yang kudengarkan baik siang maupun malam sampai sekarang masih aku
ingat. Setelah aku dewasa, ayah yang memberiku nasihat, sedangkan ibu yang
mengingatkan tentang tata karma dan tingkah laku kebaikan
05
Nanging
padha estokana, pitutur kang muni tulis, yen sira nedya raharja, anggone
pitutur iki, nggoningsun ngeling-eling, pitutur wong sepuh-sepuh, mugi padha
bisa, anganggo pitutur iki, ambrekati wuruke wong tuwa-tuwa.
Namun
turitilah nasihat yang tertulis ini, jika kau menghendaki keselamatan, laksanakan
nasihat yang kuingat dari tetua, mudah-mudahan kalian dapat melaksanakan
nasihat ini, sebab ajaran orang tua akan membawa berkah
06
Lan
aja nalimpang madha, mring leluhur dhingin dhingin, satindake den kawruhan,
ngurangi dhahar lan guling, nggone ambanting dhiri, amasuh sariranipun, temene
kang sinedya, mungguh wong nedheng Hyang Widdhi, lamun temen lawas enggale
tinekan.
Dan
jangan ada yang berani mencela leluhur. Pahami laku berupa mengurangi makan dan
tidur dengan cara ‘menyakiti’ diri untuk membersihkan diri sehingga akhirnya
tercapai segala yang diinginkan. Adapun orang yang memohon kepada Yang
Mahakuasa, cepat atau lambat akan dikabulkan jika sungguh-sungguh.
07
Hyang
sukma pan sipat murah, njurungi kajating dasih, ingkang temen tinemenan, pan
iku ujare Dalil, nyatane ana ugi, nenggih Ki Ageng Tarub, wiwitira nenedha, tan
pedhot tumekeng siwi, wayah buyut canggah warenge kang tampa.
Bukankah
Yang Mahamulia itu memiliki sifat Mama Pemurah yang mengabulkan segala
keinginan yang sungguh-sunguh. Bukankah demikian yang dikatakan hadits.
Buktinya juga ada. Ki Ageng Tarub tak henti-hentinya memohon sehingga anak,
cucu, buyut, canggah, wareng ikut mewarisinya
08
Panembahan
senopatya, kang jumeneng ing Matawis, iku barang masa dhawuh, inggih ingkang
Hyang Widdhi, saturune lestari, saking berkahing leluhur, mrih tulusing
nugraha, ingkang keri keri iki, wajib uga niruwa lelakonira.
Panembahan
Senopati yang memerintah di Mataram pun berkesesuaian dengan dengan anugrah
Yang Mahaesa keturunasnnya berkuasa turun temurun dari berkah leluhur . agar
berkahmu lestari, seyogyanya kau ikuti laku
09
Mring
leluhur kina-kina, nggonira amati dhiri, iyasa kuwatanira, sakuwatira nglakoni,
cegah turu sathithik, lan nyudaa dhaharipun, paribara bisaa, kaya ingkang dingin
dingin, aniruwa sapretelon saprapatan.
Para
leluhur jaman dulu. ‘Menyiksa diri sudah barang tentu semampumu, semampu kau
melaksanakannya. Kurangi sedikit tidur dan makanmu. Tidak perlu meniru
seluruhnya perilaku leluhur, sepertiganya atau seperempat saja sudah cukup
10
Pan
ana silih bebasan, padha sinauwa ugi, lara sajroning kapenak, lan suka
sajroning prihatin, lawan ingkang prihatin, mana suka ing jronipun, iku den
sinauwa, lan mati sajroning urip, ingkang kuna pan mangkono kang den gulang.
Bukankah
ada peribahasa ‘belajarlah dalam nikmat, sakit dalam sehat, senang dalam
penderitaan, prihatin dalam kesukaan, dan matilah dalam hidup. Begitulah laku
orang jaman dulu
11
Pamore
gusti kawula, punika ingkang sayekti, dadine socaludira, iku den waspada ugi,
gampange ta kaki, tembaga lan emas iku, linebur ing dahana, luluh awor dadi
siji, mari nama tembaga tuwin kencana.
Perhatikan
pula manunggaling kawula gusti yangsesungguh-sungguhnya bagai sotyaludira (roh
suci). Secara sederhana, Anakku, emas dan tembaga itu lebur dalam api,
bercampur menjadi satu, hilanglah nama tembaga dan emasnya
12
Yen
aranana kencana, dene wus awor tembagi, yen aranana tembaga, wus kaworan
kancanedi, milanya den westani, aran suwasa punika, pamore mas tembaga, mulane
namane salin, lan rupane sayekti yen warna beda.
Jika
dinamakan emas sudah bercampur tembaga, jika disebut tembaga sudah bercampur
dengan emas, oleh karenanya disebutlak suasa yang merupakan campuran mas dan
tembaga. Adapun namanya berubah karena warna dan wujudya berubah
13
Cahya
abang tuntung jenar, puniku suwasa murni, kalamun gawe suwasa, tembaga kang
nora becik, pambesate tan resik, utawa nom emasipun, iku dipunpandhinga, sorote
pasthi tan sami, pan suwasa bubul arane punika.
Suasa
murni berwarna merah kekuning-kuningan . jika membuat suasa dengan tembaga yang
tidak baik, pegolahannya tidak bersih, atau masnya muda, maka tidak akan
bercahaya, namanya pun suasa bubul
14
Yen
sira karya suwasana, darapon dadine becik, amilihana tembaga, oliha tembaga
prusi, biresora kang resik, sarta masira kang sepuh, resik tan kawoworan,
dhasar sari pasti dadi, iku kena ingaranan suwasa mulya.
Jika
kau ingin membuat suasa yang baik, pilihlah tembaga yang baik, syukur-syukur
jika mendapatkan tembaga prusi, diolah dengan bersih, emas tua dengan dasar
sari yang tidak tercampuri, hasilnya adalah suasa mulia
15
Puniku
mapan upama, tepane badan puniki, lamun karsa ngawruhana, pamore kawula Gusti,
sayekti kudu resik, aja katempelan napsu, luwamah lan amarah, sarta suci lahir batin,
pedimene apan sarira tunggal.
Itu
hanyalah sebuah perumpamaan sebagai ukuran badan ini. Jika kau ingin memahami
manunggaling kawula gusti, sesungguhnya harus bersih, jangan terhinggapi nafsu lawamah
dan nafsu amarah, serta suci lahir batin agar jiwamu hening
16
Lamun
mangkonoa, sayektine nora dadi, mungguh ilmu kang sanyata, nora kena den
sasabi, ewoh gampang sayekti, punika wong darbe kawruh, gampang yen winicara,
angel yen durung marengi, ing wetune binuka jroning wardaya.
Jika
tidak demikian, yakinlah tidak akan terjadi. Mempelajari ilmu yang sejati didak
boleh diduakan. Bagi yang belum memperoleh pengetahuan memang repot jika tidak
sungguh-sunguh. Mudah berbicara namun sulit jika belum terbuka
17
Nanging
ta sabarang karya, kang kinira dadi becik, pantes yen tinalatenan, lawas-lawas
bok pinanggih, den mantep ing jro ngati, ngimanken tuduhing guru, aja uga
bosenan, kalamun arsa udani, apan ana dalile kang wus kalawan.
Namun
demikian, segala hal yang diperkirakan baik, itu layak jika kau tekuni,
lama-kelamaan juga akan kau temukan dan menetap dalam hatimu. Yakini petunjuk
guru, jangan cepat bosan jika hendak mencapai kemuliaan karena memang
demikianlah hukum yang sudah tertuang dalam dalil
18
Marang
leluhur sedaya, nggone nenedha mring Widhi, bisaa ambabonana, dadi ugere rat
Jawi, saking telateneki, nggone katiban wahyu, ing mula mulanira, lakune
leluhur dingin, andhap asor anggone anamur lampah.
Seluruh
leluhur jaman dulu dalam memohon kepada Yang Mahakuasa agar dapat menguasai
Negara dan menjadi pusat tanah Jawa diperolehnya melalui wahyu karena mereka
rendah hati dalam melaksanakan laku
19
Tampane
nganggo alingan, pan padha alaku tani, iku kang kinaryo sasap, pamriha aja
katawis, jub rina lawan kabir, sumungah ingkang den singkur, lan endi kang
kanggonan, wahyune karaton Jawi, tinampelan anggape pan kumawula.
Laku
dilaksanakan secara diam-diam sambil bertani. Sikap seperti itu dilakukan agar
tidak kentara serta bersikap tidak menyombongkan kemampuan diri bahkan mau
mengabdi kepada siapapun yang memperoleh wahyu keraton jawa.
20
Punika
laku utama, tumindak sarto kekaler, nora ngatingalke lampah, wadine kang den
alingi, panedyane ing batin, pan jero pangarahipun, asore ngemurasa, prayoga
tiniru ugi, anak putu aja ana ninggal lanjaran.
(penyamaran)
Itulah laku yang utama, tidak menampakkan bahwa ia sedang menjalankan laku,
sehingga yang disamarkan itu merupakan cita-cita tersembunyi dalam hati, jauh
dikejar karena di situlah manungaling kawula gusti mencapai kedalaman. Hal
demikian baik jika ditiru, Anak cucuku agar tidak kehilangan keturunan
21
Lan
maning ana wasiyat, prasapa kang dingin dingin, wajib padha kawruhana, anak
putu ingkang kari, lan aja na kang wani, nerak wewaleripun, marang leluhur
padha, kang minulyakaken ing Widdhi, muga-muga mufaatana ing darah.
Dan
ada lagi wasiat berupa tabu yang terucap pada jaman dulu. Wajib kau ketahui
sebagai anak cucu yang terakhir, dan jangan ada yang berani melanggar tabu
leluhur yang dimuliakan oleh Yang Mahaesa. Mudah-mudahan bermanfaat bagi keluarga
besar
22
Wiwitan
ingkang prasapa, Ki Ageng Tarup memaling, ing satedhak turunira, tan linilan
nganggo keris, miwah waos tan keni, kang awak waja puniku, lembu tan kena
dhahar, daginge pan nora keni, anginguwa marang wong wadon tan kena.
Yang
pertama kali mengucapkan tabu adalah Ki Ageng Tarub. Ia berpesan agar
keturunannya tidak mengenakan keris dan tumbak yang terbuat dari baja, tidak
boleh makan daging sapi, dan tidak boleh memelihara abdi perempuan wandan
23
Dene
Ki ageng Sela, prasape ingkang tan keni, ing satedhak turunira, nyamping cindhe
den waleri, kapindhone tan keni, ing ngarepan nandur waluh, wohe tan kena
dhahar, Panembahan Senopati, ingalaga punika ingkang prasapa.
Adapun
Ki Ageng Sela mengucapkan tabu, bahwa keturunannya tidak diperbolehkan berkain
cindai, tidak diperbolehkan menanam labu di depan rumah dan tidak boleh memakan
buahnya. Panembahan Senapati Ingalaga mengucapkan tabu
24
Ingkang
tedhak turunira, mapan nora den lilani, anitiha kuda napas, lan malih dipun
waleri, yen nungganga turangga, kang kakoncen surinipun, dhahar ngungkurken
lawang, wuri tan ana nunggoni, dipun emut punika mesthitan kena.
Bahwa
keturunannya tidak diperkenankan mengendarai kda berwarna abu-abu
kekuning-kuningan dan dilarang menunggang kuda yang surainya dikepang, makan
membelakangi pintu kecuali di belakangnya ada yang menjaga. Ingatlah dan jangan
ada yang melanggar itu
25
Jeng
Sultan Agung Mataram, apan nora anglilani, mring tedhake yen nitiha, kapal
bendana yen jurit, nganggo waos tan keni, lamun linandheyan wregu, datan
ingaken darah, yen tan bisa nembang kawi, pan prayoga satedake sinauwa.
Kanjeng
Sultan Agung Mataram mengucapkan tabu bahwa keturunannya tidak diperkenankan
menunggang kyda yang rewel jika diajak bertempur, tidak memperkenankan tumbak
ang bergagang kayu wregu vserta tidak akan diakui sebagai keturunan (Mataram)
jika tidak dapat membaca tembang kawi dan mengharuskan belajar tembang kawi
26
Jeng
Sunan Pakubuwana, kang jumeneng ing Samawis, kondur madek ing Kartasura,
prasapanira anenggih, tan linilan anitih, dipangga saturunipun, Sunan Prabu
Mangkurat, waler mring saturunreki, tan rinilan ujung astana ing Betah.
Kanjeng
Sunan Pakubuwana yang dilantik di Semarang kemudian berkuasa di Kartasura
mengucapkan tabu bahwa keturunannya tidak diperbolehkan menunggang gajah. Sunan
Prabu Amangkurat mengucapkan tabu bahwa keturunannya dilarang berziarah ke
makam Butuh
27
Lawan
tan kena nganggowa, dhuwung sarungan tan mawi, kandelan yen nitih kuda, kabeh
aja na kang lali, lawan aja nggogampil, puniku prasapanipun, nenggih Kang jeng
Susunan, Pakubuwana ping kalih, mring satedhak turunira linarangan.
Jika
sedang menungang kuda tidak boleh menyandangkeris tanpa pendhok. Janganlah kau
meremehkan tabu-tabu di atas. Adapun Kanjeng Susuhunan Pakubuwana II
mengucapkan tabu bahwa keturunannya dilarang
28
Dhahar
apyun nora kena, sinerat tan den lilani, nadyan nguntal linarangan, sapa kang
padha nglakoni, narajang waler iki, pan kongsi kalebon apyun, pasti keneng
prasapa, linabakken tedhakneki, Kanjeng Sunan ingkang sumare Nglawiyan.
Madat,
baik dihisap maupun dimakan. Barang siapa melanggar tabu dengan madat akan
dikeluarkan dari daftar keturunan Kanjeng Sunan yang dimakamkan di Laweyan
29
Prasapa
Kangjeng Susunan, Pakubuwana kaping tri, mring satedhak turunira, apan nora den
lilani, agawe andel ugi, wong sejen ing jinisipun, apan iku linarangan, anak
putu wuri-wuri, poma aja wani anrajang prasapa.
Adapun
Kanjeng Susuhunan III mengucapkan tabu bahwa keturunannya tidak diperbolehkan
mengangkat orang kepercayaan yang bukan berasal dari bangsa sejenis, serta anak
cucu tidak diperkenankan melanggar larangan
30
Wonten
waler kaliwatan, saking luhur dingin dingin, linarangan angumbaha, wana Krendhawahaneki,
dene kang amaleri, Sang Danan Jaya rumuhun, lan malih winaleran, kabeh tedhak
ing Matawis, yen dolana mring wana tan kena.
Masih
ada tabu leluhur ang terlewat, yaitu dilarang merambah Hutan Krendhawana.
Adapun yang mengucapkan tabu tersebut adalah Dananjaya. Ada lagi tabu bagi
keturunan Mataram, yaitu tidak diperkenankan bermain-main di hutan atau
rawa-rawa
31
Dene
sesirikanira, yen tedhak ing Demak nenggih, mangangge wulung tan kena, ana kang
nyenyirik malih, bebet lonthang tan keni, yeku yen tedhak Madiyun, lan payung
dadaan abang, tedhak Madura tan keni, yen nganggowa bebathikan parang rusak.
Adapun
tabu bagi keturunan Demak adalah mengenakan pakaian berwarna ungu, tabu
keturunan Madiun adalah kain panjang luntang dan paying berhias merah, tabu
keturunan Madura adalah mengenakan batik bermotif parang rusak
32
Yen
tedhak Kudus tak kena, yen dhahara daging sapi, yen tedhak Sumenep iku, nora
kena ajang piring, watu tan den lilani, lawan kidang ulamipun, tan kena yen
dhahara, miwah lamun dhahar ugi, nora kena ajang godhong pelasa.
Keturunan
Kudus tidak boleh makan daging sapi, keturunan Sumenep tidak diperkenankan
makan dengan piring batu, makan daging kijang, dan dilarang menggunakan daun
plasa sebagai alas makan
33
Kabeh
anak putu padha, eling-elingan ywa lali, prasapa kang kuna-kuna, wewaler leluhur
nguni, estokna away lali, aja nganti nemu dudu, kalamun wani nerak, pasti tan
manggih basuki, Sinom salin Girisa ingkang atampa.
Semua abak cucu, camkan dan jangan lupa tabu zaman
kuno warisan leluhur, patuhilah jangan sampai ada yang melanggar. Barang siapa
berani melanggar pasti tidak akan selamat dan yang mendengar ini supaya giris
(girisa merupakan isyarat pola tembang berikutnya, yaitu girisa)
3.
TEMBUNG TANDUK LAN TEMBUNG TANGGAP
Tembung kriya
tanduk (kata kerja aktif). Tembung kriya
tanduk iku: tembung lingga kang oleh ater-ater anuswara (Ny-, m-, ng-, n-)
Tembung
kriya tanggap (kata kerja pasif) Tembung kriya tanggap iku: tembung
lingga kang oleh ater-ater
tripurusa (dak-, ko- di-)
4.
TEMBUNG GARBA
Tembung
garba duwe teges ‘weteng’ utawa ‘ringkes’, Dadi kang diarani tembung
garba yaiku tembung loro utawa luwih kang disambung utawa digandheng utawa
diringkes dadi siji banjur ana wanda kang disuda, warane uga ora owah. Tembung
garba uga diarani tembung ‘sandi’.
Sandi tegese samar utawa wadi.
Pathokane
tembung garba :
Aksara urip (vokal) : a + i = e. ana + ing : aneng
a + a = a jiwa
+ angga : jiwangga
a + e = e raja
+ endra : rajendra
i + a = ya dupi + arsa : yupyarsa
u + e = we jalu
+ estri : jalwestri
i + i = i kawi
+ indra : kawindra
u + i = we lumaku
+ ing : lumakweng
a + u = o wira
+ utama :
wirotama
Tuladha liyane :
wira + utama =
wirotama (prajurit linuwih)
Nara + endra =
narendra (ratu)
Parama
+ iswari = prameswari (garwane ratu)
Parama
+ ing = parameng ( linuwih
ing)
Wanodya+
ayu = wanodyayu (wong wadon kang ayu)
Kaloka + ing + rat = kalokengrat
(kondhang ing jagad)
Jaya
+ ing =
jayeng
Sarwa
+ endah =
sarwendah
Sesotyo
+ adi =
sesotyadi ( inten kang linuwih)
Ratu
+ agung =
ratwagung
Ratu + ayu =
ratwayu
5.
TEMBUNG SAROJA
Kang
diarani tembung saroja iku tetembungan
kang duwe teges padha utawa meh padha kang digunakake utawa dianggo bebarengan. Dene tembung saroja iku kalebu perangan saka rerenggane
basa kasusastran. Gatekna ukara ing ngisor iki !
1. Prabu Duryudana iku sawijine ratu kang duwe wewatakan angkara
murka.
2.
Bocah sekolah kudu
andhap asor ngerti tata krama supaya kajen keringan.
Keterangan
:
Tembung angkara lan tembung murka ing ukara (1), duwe teges sing padha banjur
digunakake ing ukara bebarengan dene karepe supaya luwih mbangetake. Semono uga
ing ukara (2) ana tembung : andhap asor,
tata krama lan kajen keringan. Iku kabeh kalebu jinise tembung saroja, awit
tembung andhap padha karo asor, kajen padha karo keringan. Atembung-tembung
kasebut saliyane karepe mbangetake Manawa dirasakake uga luwih endah amarga
magepokan karo anane purwakanthi. Tuladha liyane kayata :
1. arum wangi 11.
Guyub rukun 21. balung
sungsum
2. andhap asor 12. gotong royong 22. daging kulit
3. campur adhuk 13.
sumbang surung 23. colong
jupuk
4. darma bekti 14. tandang tanduk 24. mukti wibawa
5. ewuh pakewuh 15. Polah tingkah 25. njarah rayah
6. cacah gunggung 16. gemah ripah 26. pathi sari
7. gagah prakosa 17. tata tentrem 27. pawong mitra
8. jalma manungsa 18. karta raharja 28. sanak sedulur
9. kukuh bakuh 19. lila legawa 29. sembah bekti
10.sanak kadang 20. terang trawaca, 30. wadya bala. Lsp
Pertemuan Kedua:
1.
NGGANCARAKE TEMBANG
Karangan
iku kaperang dadi 2, yaiku:
1. Karangan Tembang (puisi) kang titikane katulis kanthi wujud
gatra/ larik
2. Karangan Gancaran (prosa) kang titikane katulis kanthi wujud
alenia/ paragraf
* Tembang macapat iku kalebu karangan tembang.
*
Karangan tembang iku bisa didadekake
karangan gancaran, dene carane
nggancarake :
1. Nggoleki lan negesi tembung-tembung kang kaanggep angel
2. Negesi saben gatra/
larik
3. Ngrakit dadi alenia/ paragraf.
Nalika ngrakit dadi alenia/ paragraf
kena nambah tembunge, nyuda tembunge
lan ngowahi tembunge. Sing baku ora kena nganti ngowahe surasane.
Pertemuan Ketiga:
Carane nemokake pokok-pokok tembang
bisa yaiku:
1.
tumemen = maca
calepan/ syair tembang kanthi temenan
2.
Nengeri pesan/
isi pokok saben ukara/kalimat
3.
Nyathet bab-bab
kang wigati/penting saka tembang mau
4.
Nerangake/ngandharake
kanthi ringkes isi tembang mau
Pertemuan Keempat:
1.
Piwulang Luhur ing Teks Tembang
Tembang macapat yasane
pujangga-pujangga ing jaman biyen iku akeh kang
ngemot piwulang-piwulang
kang luhur. Piwulang-piwulang kasebut isih akeh
kang
jumbuh lan bisa dianggo dening bebrayan agung ing jaman saiki.
Manut Kemendiknas (2010:11) nilai
karakter ana 18 kang diarani pilar nilai karakter, kang mujudake nilai
luhur bangsa Indonesia. Nilai kasebut yaiku: (1) religious, (2) jujur, (3)
toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6)
kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat
kebangsaan, (11) cinta tanah air, (13) menghargai prestasi, (14) bersahabat
atau komunikatif,( 15) cinta damai, (15) gemar menyimak, (16) pedeuli
lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab.
Kajaba piwulang luhur kang kapacak
ing 18 pilar pendidikan karakter kasebut, isih ana maneh piwulang luhur kang patut
dituladhani dening para siswa, upama:
a.
Dadi wong ora gumedhe/
adigang adigung adiguna
b.
Dadi wong tansah nagjeni
liyan, sumanak, rumaket, tepa slira
c.
Dadi manungsa aja kedanan
drajat lan pangkat
d.
Dadi wong kudu nglembah
manah marang sapadha-padha
e.
Dadi manungsa kudu gemi
setiti ngati-ati.
f.
Dadi manungsa aja ngaji
pupung mumpung
g.
Dadi manungsa iku aja
dumeh
B.
Lampiran 2
PEMERINTAH
KABUPATEN KARANGANYAR
DINAS PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
SMP NEGERI 2 KARANGANYAR
JL. LAWU 203 ( 0271) 495070/ Fax. (0271) 495070
Website : http://www.smpn2-kra.sch.id E-mail : smpn2_kra@ymail.com
================================================================
SOAL PENILAIAN HARIAN BAHASA JAWA
( SERAT WULANGREH PUPUH SINOM )
KELAS VII SEMESTER GENAP
ASPEK PENGETAHUAN
Soal Pilihan Ganda
1. Serat
Wulangreh iku mujudake buku kang isine babagan piwulang-piwulang luhur, dene sing ngripta yaiku ... .
a.
Susuhunan Pakubuwono IV c.
Susuhunan Pakubuwono VI
b.
Susuhunan Pakubuwono V d.
Susuhunan Pakubuwono VII
2. Pupuh
Sinom ing Serat Wulangreh isine ... .
a.
dhasar-dhasar pasrah lan syukur c.
dhasar-dhasar kekancan
b.
dhasar-dhasar manembah d.
dhasar-dhasar tingkah laku
Wacan
tembang ing ngisor iki kanggo mangsuli soal nomer 3 - 5
Ambeke
kang wus utama,
tan
ngendhak gunaning jalmi,
amiguna
ing aguna,
sasolahe
kudu bathi,
pintere
den alingi,
bodhone
didokok ngayun,
pamrihe
den inaa,
mring
padha padhaning jalmi,
suka
bungah den ina sapadha-padha.
3. Yen disemak kanthi
temenan, pada tembang ing dhuwur iku nuduhake sifate wong sing ... .
a umuk
b. gumedhe
c. kemaki
d. andhap asor
4. Tumindak kang
disebutake ing pada tembang ndhuwur kalebu tumindak ... .
a. nistha
b. degsura
c. utama
d. angkara
5. Pintere
den alingi, bodhone didokok ngayun. Manut gatra tembang kasebut babagan sing dipapanake ing ngarep yaiku ... .
a. pintere
b. bodhone
c. ilmune
d. tumindake
Wacan
tembang ing ngisor iki kanggo mangsuli soal nomer 6 - 7
Ingsun
uga tan mangkana,
balilu
kang sun alingi,
kabisan sun dokok ngarsa,
isin
menek den arani,
balilune
angluwihi,
nanging
tenanipun cubluk,
suprandene
jroning tyas,
lumaku
ingaran wasis,
tanpa
ngrasa prandene sugih carita
6. Balilu kang sun alingi, kabisan sun dokok ngarsa. Manut gatra tembang kasebut
babagan sing kudu didhelikake utawa ora kena
diketok-ketokake yaiku ... .
a. balilune
b. kabisane
c. kapinterane
d. kewasisane
7. Tembung-tembung
ing ngisor iki kang tegese bener yaiku ... .
a. ingsun = kowe
b. ngarsa = ngarep
c. cubluk = pinter
d. wasis = bodho
Wacan
tembang ing ngisor iki kanggo mangsuli
soal nomer 8 - 9
. Carita nggonsun nenular,
wong
tuwa kang momong dhingin,
akeh
kang padha cerita,
sun
rungokna rina wengi,
samengko
isih eling,
sawise
dhiwasa ingsun,
bapa
kang paring wulang,
miwah
ibu mituturi,
tata
krama ing pratingkah karaharjan
8. Pitutur
kang diparingake saka wong tuwa tansah kelingan nganti tekan dhewasa amarga ... .
a. disinau kanthi tenanan
b. diwulang guru saben dina
c. pituture dirungokake awan lan bengi
d. dituturi bapak lan ibu
9. Manut
pada tembang ing dhuwur babagan sing tansah diwulangake dening bapak lan
dituturake dening ibu yaiku ... .
a ilmu sing ditularake
c. crita kang maneka warna
b. pitutur sing apik
d. tata krama lan tingkah laku
10. Manawa
arep gawe tembang macapat kudu nggatekake paugeran tembang macapat kang dumadi saka guru gatra, guru
wilangan lan guru lagu. Kang diarani guru wilangan
yaiku ... .
a. cacahe wanda ing saben gatra
b. cacahe gatra ing saben pada
c. tibane swara ing pungkasane gatra
d. cacahe pada ing saben tembang
Wacan tembang ing ngisor iki kanggo mangsuli soal nomer 11-
12
Nanging padha estokana,
pitutur kang muni tulis,
yen sira nedya raharja,
anggonen pitutur iki,
nggoningsun
ngeling-eling,
pitutur wong
sepuh-sepuh,
mugi padha bisa,
anganggo pitutur iki,
ambrekati wuruke wong
tuwa-tuwa.
11. Manawa
kepengin raharja kudu... .
a. ngestoake pitutur kang ditulis
b. ngestokake pitutur kang bisa dipercata
c. ngestokake piture kang raharja
d. ngestokake pitutur kang bisa
dieling-eling
12. Pitutur
kang kudu dieling-eling iku pitutur saka... .
a. wong sepuh c. wong
sekti
b. wong sugih d. wong
pinter
Wacan tembang ing ngisor iki kanggo mangsuli soal nomer 13 -
15
Lan aja nalimpang madha,
mring leluhur dhingin
dhingin,
satindake den kawruhan,
ngurangi dhahar lan
guling,
nggone ambanting dhiri,
amasuh sariranipun,
temene kang sinedya,
mungguh wong nedheng
Hyang Widdhi,
lamun temen lawas
enggale tinekan
13. Tembang Sinom iku sapada ana
.... gatra
a. 6 b. 7 c. 8 d. 9
14. Ngurangi dhahar lan guling. Tegese gatra
iki yaiku... .
a. ngurangi
pagaweyan kang ala
b. ngurangi
mangan lan turu
c. ngurangi
mangan lan dolan
d. ngurangi
dolan lan turu
15. Pada tembang ing dhuwur aweh piwulang
supaya kaya ing ngisor iki, kajaba... .
a. aja seneng memadha marang liyan
b. seneng nyuda mangan lan turu
c. kudu seneng prihatin
d. aja seneng ngrekasa awak
16. Tembang Sinom iku
klebu jinise tembang macapat. Tembang Sinom iku paugerane kaya
ing ngisor iki, kajaba...
a.
Sapada cacahe ana 9 gatra (larik)
b.
Guru
wilangane yaiku 8, 8, 8, 8, 7, 8, 7, 8, 12
c.
Guru lagune yaiku a, i, a, i, i, u, a, i, a
d.
Watake
sembrana
17. “Wong tuwa kang momong dingin,“ Tembung
sing ditulis kandel ‘dhingin’ ing gatra
tembang kasebut tegese ...
a.
Adem
b.
Dhisik/biyen
c.
Saiki
d.
Putra
18. Pupu sinom
ing serat wulang reh kasbut ing ndhuwur dumadi saka ... pada
a.
32 pada
b.
33 pada
c.
34 pada
d.
35 pada
19. Tuladhane tembang garba sing ana ing
tembang sinom kasebut kaya ing ngisor iki,
kajaba ...
a.
Tumekeng = tumeka +
ing
b.
Saturuneki = sa +
turune + iki
c.
Prapteng = prapate
+ ng
d.
Narendra = nara +
endra
20. Tembung
loro kang tegese padha utawa meh padha dianggo bareng diarani tembung... .
a. Camboran c. Garba
b. Kosok balen d. Saroja
C.
Lampiran 3
PEMERINTAH
KABUPATEN KARANGANYAR
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMP NEGERI 2 KARANGANYAR
JL. LAWU 203 ( 0271) 495070/ Fax. (0271) 495070
Website : http://www.smpn2-kra.sch.id E-mail : smpn2_kra@ymail.com
================================================================
SOAL PENILAIAN HARIAN BAHASA JAWA
( SERAT WULANGREH PUPUH SINOM )
KELAS VII SEMESTER GENAP
ASPEK KETERAMPILAN
Soal : 1. Gancarna salah siji pada
tembang Sinom ing Serat Wulangreh!
2. Tulisen isine salah siji pada tembang Sinom
ing Serat Wulangreh!
3.
Tulisen Piwulng luhur salah siji pada tembang Sinom ing Serat Wulangreh!
D.
Lampiran 4
PEMERINTAH KABUPATEN
KARANGANYAR
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMP NEGERI 2 KARANGANYAR
JL. LAWU 203 ( 0271) 495070/ Fax. (0271) 495070
Website : http://www.smpn2-kra.sch.id E-mail : smpn2_kra@ymail.com
================================================================
SOAL ULANGAN REMIDI BAHASA JAWA
( SERAT WULANGREH PUPUH SINOM )
KELAS VII SEMESTER GENAP
Soal :
Sinom
Pan ana silih bebasan,
padha sinauwa ugi,
lara sajroning kapenak,
lan suka jroning prihatin,
lawan ingkang prihatin,
mana suka ing jronipun,
iku den sinauwa,
lan mati sajroning urip,
ingkang kuna pan mangkono kang den gulang
Miturut tembang Sinom ing dhuwur:
1. Guru gatrane ana
... . (skor
2)
2. Guru wilangane
yaiku ... . (skor
2)
3. Guru lagune
yaiku ... . (skor
2)
4. Golekana tegese
tembung ing ngisor iki! (skor
4)
a. suka b. dengulang
E.
Lampiran 5
PEMERINTAH KABUPATEN
KARANGANYAR
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMP NEGERI 2 KARANGANYAR
JL. LAWU 203 ( 0271) 495070/ Fax. (0271) 495070
Website : http://www.smpn2-kra.sch.id E-mail : smpn2_kra@ymail.com
================================================================
SOAL ULANGAN PENGAYAAN BAHASA JAWA
( SERAT WULANGREH PUPUH SINOM )
KELAS VII SEMESTER GENAP
Soal : 1. Gawea tembang Sinom sapada wae!
2. Tulisen isine lan
piwulang tembang sing
wis kokgawe mau!
F.
Lampiran 6
Penilaian perkembangan sikap Spiritual dan Sosial dalam bentuk jurnal
JURNAL PERKEMBANGAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL
Nama Sekolah :
SMP Negeri 2 Karanganyar
Kelas/Semester :
VII / Semester Genap
Tahun Pelajaran :
2020/2021
No |
Hari/Tgl |
Nama |
Kelas/No |
Catatan Perilaku |
Butir Sikap |
Sikap |
1 |
|
|
|
|
|
|
2 |
|
|
|
|
|
|
3 |
|
|
|
|
|
|
4 |
|
|
|
|
|
|
5 |
|
|
|
|
|
|
No comments:
Post a Comment